Kamis, 23 Juli 2009

BALASAN SEMPURNA

Dalam menyampaikan kotbah tentang do'a (sebuah contoh kasus), hampir semua ustad mengatakan bahwa jika seorang hamba Allah berdo'a mengharapkan sesuatu namun ia tidak berikhtiar atasnya atau secara lahiriyah tidak berupaya untuk mendapatkan sesuatu yang ia sebut dalam do'anya maka ia tidak bakal mendapatkan apa yang ia harapkan tersebut. Mana mungkin, tambahnya, seseorang berdo'a minta kaya tetapi tidak bekerja, ingin pandai tetapi tidak mau belajar, mengharapkan perut kenyang kenyang tetapi tadak mau makan, dll. Kemudian, tidak sedikit dari ustad-ustad itu mendukung argumennya dengan firman Allah swt, "Allah tidak akan merubah suatu kaum hingga mereka merubah apa-apa yang ada pada diri mereka."
Tidak ada yang salah, memang, jika ditilik dari sudut pandang logika. Namun bagi mereka yang kritis akan melihat adanya ambivalensi dalam berdakwah. Satu sisi para ustad tersebut mengusung ranah spiritual dalam berdakwah namun terkesan tidak rela untuk melepaskan ranah logika atau akal. Dan bukan tidak mungkin sebagian besar dari mereka tidak menyadari adanya ambivalensi tersebut. Berdo'a merupakan amalan dalam ranah spiritual, sedangkan ikhtiar lahiriah bisa masuk ke dalam ranah akal maupun spiritual.
Pada tingkatan kecerdasan spiritual tertentu ketidak-tegasan memilih ranah seperti itu bisa membingungkan. Dalam beberapa hal, ranah spiritual tidak bisa disatukan dengan ranah lahiriyah. Menurut hemat saya, pendapat sih, ketika membahas tentang do'a, meskipun melibatkan kegiatan lahiriyah, tetap harus membatasi ranahnya pada area spiritual saja. Berdo'a adalah perintah Allah swt yang harus kita taati dengan penuh keimanan dan yaqin 100% bahwa Allah pasti menjawab dengan caranya yang sempurna, agar menjadi orang yang beruntung. Begitu pun berikhtiar. Amalan yang nampaknya lahiriyah ini kita tarik ke dalam ranah spiritual dengan cara mengingat bahwa semua amalan jika diniatkan dalam rangka mentaati perintah Allah bahwa seusai sholat, kita diperintahkan agar bertebaran di muka bumi ini dan menikmati karuniaNya sambil banyak mengingatNya agar kita menjadi orang yang beruntung. Ingin bahasan lebih lanjut? Tunggu edisi berikutnya pada blog lugu saya ini! Bye2!

Rabu, 22 Juli 2009

MY WAY IS THE BEST!

Everyone under the sun thinks that he has the best way in worshiping to God no matter what religion one embraces. That is why there is no discussion between two persons who embrace different faiths. No one of us has the right to judge others' deeds. Apart from this, I have my reasons to say why my way in doing for my and others' life is the best. If you still doubt about what the best faith to serve God, then I invite you to learn what I have been learning.
It is apparent that no one can tell about a thing unless the creator himself. The only person who can tell and explain what matter a food is made from and why it is ever made is the baker. Others can only estimate the story of the make. In serving God, in doing for living, and other interests, there is a rule already available. It is not created by one of us. We are only creature in this life. So, it is ridiculous if we think that we have the right to rule others. Not even ruling myself.
As a matter of fact, along with the creation of this world and the lives inside, the rule has also been created. The only authority to create the rule of life is Allah, the one and only God.

Senin, 20 Juli 2009

BELIEVE IT OR NOT!

Your effort has nothing to do with your wealth nor your livelihood. Do you want the reasons? It's simple. Let me give you some examples. Put it like this way. You've heard some successful story of a businessman, haven't you? Any kind of business. Take one for example a fast-food restaurant. And then, let's invite a hundred people to follow his success in the same business. Let's see. Are they all going to be as successful as the model? How many per cent of the do you think are going to succeed? Say 50%. Do you think it's realistic? Is it that easy to duplicate other's success? I believe that you will say that only 5% of those followers succeed. This sounds reasonable. Then, as intellect we find that 95% fail means as what I told you in the first place.
In fact, you can't manage your wealth to come to you. It is likely that we possess a little property because we have done something for it. That is a dead wrong perception. The true is our property or wealth come to us because Allah, the one and only creator, wants them to be ours. Curious? Then I'll see you at the next edition. Good bye for now.


Sabtu, 11 Juli 2009

Winning Mindset



Koleksi Terbaru Kepustakaan Anda


WINNING MINDSET

Potret Otak Entrepreneur Sejati
Berpikir Cemerlang di Saat Terbelit Hutang
Merintis Bisnis di Saat Kondisi Krisis

Karya Wasi Darmolono

Buku ini menawarkan sebuah wacana menarik bahwa setiap orang berpotensi menjadi menjadi entrepreneur sejati, terlepas dari bahwa dirinya secara duniawi nampak tidak berhasil. Miliki buku ini kemudian baca halaman demi halaman insya Allah anda akan merasa terhormat karena diundang sang penulis untuk mencermati hakekat keberhasilan yang tersembunyi di balik simbul-simbul kesuksesan semu yang melenakan. Buku ini bisa Anda dapatkan di beberapa toko buku terkemuka di kota Anda.